Didi Kempot dan Paradoks Musik

Hari-hari ini kita belajar tentang kefanaan sekaligus keabadian dari Didi Prasetyo aka Didi Kempot. Musisi tradisional yang terkenang dengan nada-nada kesedihan telah menghadap Sang Khalik di usia yang belum tua. Sekali-kali peristiwa ini mengingatkan kembali pada semua, bahwa yang paling dekat dari manusia adalah kematian itu sendiri. Maut tidak pilah-pilih tentang bilangan umur seseorang.

Kita menjadi semakin syahdu mendengarkan hasil karya maestro, kesedihan berlipat, berlarut dengan lirik juga sedih dengan ingatan bahwa sang master telah tiada. Andaikata segelintir orang meyakini musik itu memang haram, lantas musik dapat mengingatkan kita pada sebuah kematian dan pesan-pesan religi, apakah musik akan tetap haram?

Bukankah manusia yang baik itu adalah manusia yang pintar mengambil ibrah dari setiap kejadian. Dari daun jatuh,dari cicak yang merayap, dari ikan-ikan di laut, selalu ada hikmah. Tidak salah juga kemudian kita mengambil kebaikan dari karya musik misalnya. Wallahu’alam.

Tinggalkan komentar